Birru Jewelry Antarkan Ibu dan Anak Ini Ke Australia
Hubungan antara ibu dan anak tak selamanya hanya sebatas dalam urusan rumah atau keluarga. Hal ini dibuktikan oleh Rent Hayati dan Birru Pagi Lucha yang bersama-sama membangun sebuah brand perhiasan bernama .
Sama-sama gemar menggunakan aksesoris, Irent dan Birru kadang merasa ada yang kurang dengan perhiasan yang dibelinya. “Kadang rasanya kurang sreg atau modelnya pasaran. Kami jadi ingin bikin yang baru dan beda dari yang lain,” ungkap wanita kelahiran Padang, Sumatera Barat ini. Merasa ini adalah sebuah peluang usaha yang menjajikan, ia pun berinsiatif untuk memanggil guru untuk mengajarinya membuat perhiasan. jadi pilihannya. Dari gurunya, ia mendapatkan basic untuk menciptakan perhiasan, mulai dari cara memegang tang hingga merangkai sebuah yang cantik.
Diapresiasi Berbagai Pihak
Irent dan sejumlah penghargaan yang diterimanya
Pada Januari 2015 barulah ia memberanikan diri untuk menjual produknya pada orang-orang terdekat. “Saat itu coba bikin sekitar 30 buah, dalam sehari laku 28. Pertama itu jualnya di kantor saudara dan teman-teman,” tambahnya. Hasil yang tak disangka akhirnya membuat ia makin percaya diri untuk terjun lebih serius ke bisnis ini.
Dibantu dengan dua orang pengrajin, Birru Jewelry makin produktif. Bazaar di mall menjadi cikal bakal dan salah satu metode pemasaran yang masih dilakukan. Seorang teman pun menyarankan dia untuk mengikuti salah satu event kerajinan bergengsi di Indonesia, Inacraft.
Tahu bahwa mengikuti event tersebut tidak mudah, Irent dan Birru berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin. Saat diminta untuk mempresentasikan brandnya, segala sesuatunya telah dipersiapkan. Bagi Irent, ini adalah saat ‘berperang’ dan sudah semestinya ‘amunisi’ juga diperlukan. “Awalnya di underestimate, mungkin karena wire jewelry ini udah banyak ya. Tapi akhirnya mereka cukup appreciate dan welcome, dan kami boleh ikut. Di Inacraft 2016 kami juga terpilih jadi nominator meskipun nggak menang tapi sudah cukup senang,” tuturnya.
Lihat juga:
Meski baru seumur jagung, Birru Jewelry juga mendapat penghargaan lainnya. Dari keanggotannya di sebuah organisasi perkumpulan produsen kerajinan ia juga terpilih menjadi Best New Comer dan direkomendasikan untuk mengikuti seleksi Australian Award di Brisbane, Australia bersama sejumlah pengrajin lainnya.
Desain yang unik
Menjadi salah satu dari sekian banyak pemain di industri perhiasan, khususnya wire jewelry, Irent menyadari kalau ia harus punya ciri khas agar bisa makin dikenal. Dari sisi desain misalnya, brand ini sudah memantapkan diri untuk mengerjakan desain bergaya kontemporer. Sedangkan untuk material juga konsisten pada wire, batu, dan mutiara.
Ia juga menyukai segala sesuatu yang sifatnya asimetris. Tak heran jika sejumlah produknya juga mengadopsi gaya tersebut. “Pengrajin saya sudah tahu kalau saya nggak suka yang simetris,” tambah wanita yang mengenyam pendidikan Bahasa Inggris di IKIP ini.
Setiap model produknya dibuat secara terbatas dengan jumlah maksimal 20 buah. Dengan begitu, eksklusifitas jadi nilai tambah dari brand ini. Rata-rata pelanggan Birru Jewelry adalah wanita professional dengan usia 30 tahun ke atas. Sementara untuk soal harga, Irent memasang harga mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 2 juta untuk kalung. Harga tersebut diakuinya kerap dipandang mahal bagi pembeli, terutama di awal ia berjualan. Padahal, ia tak sembarang memasang harga. “Ada pertimbangan dari bahan material dan kreatifitas yang dikeluarkan. Selain itu produk yang kita buat juga selalu limited,” terangnya.
Jadi Usaha Keluarga
Irent dan pengrajin di Birru Jewelry (Foto: Abdu/pakarinfo)
Di tahun keduanya ini, telah ada lima orang pengrajin yang membuat perhiasan untuk Birru Jewelry. Irent kebanyakan mengurusi pemasaran sedangkan Birru lebih banyak mengerjakan desain produk. Selain itu, putra Irent juga turut membantu dari sisi marketing, terutama penjualan lewat ecommerce seperti di . Dapat dikatakan brand ini kini menjadi sebuah usaha keluarga.
Baca juga:
Sejak awal membangun bisnisnya, Irent juga mengeluarkan modal sekira Rp 30 juta dari kantongnya sendiri. Ia mengaku kapok melakukan pinjaman pada bank. Sebelumnya ia mengaku pernah berbisnis di bidang fashion namun usahanya kurang berjalan lancar. “Tapi sekarang saya dan anak saya jalannya perlahan saja, yang penting ada progress terus. Dari awal kita nggak pinjam bank sama sekali. Semua kita kembangkan dari keuntungan yang ada,” sambung Irent. Dari seluruh channel penjualannya, ia mendapatkan omzet Rp 30 hingga Rp 50 juta tiap bulannya.
Irent pun punya tips bagi para crafters yang ingin mulai membangun brandnya sendiri. “Yang penting harus konsisten dengan apa yang kita mulai, serta harus punya ciri khas,” tutupnya.