Hit enter after type your search item

Dibalik Pesona Batik Jambi : Sejarah, Motif, Sentra Batik, Hingga Harga

/
/

Batik telah mendapat pengakuan dunia oleh badan Persatuan Bangsa-bangsa, UNESCO, pada tanggal 2 Oktober 2009. Maka dari itu, tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Kondisi ini pun berimbas bagi batik jambi.

Sejarah singkat batik jambi

Haji Muhibat pertama kali memperkenalkan batik di daerah Jambi pada tahun 1975. Pada masa itu, produksinya sangat terbatas. Begitu pula motifnya, hanya berupa ukiran seperti pada rumah adat setempat. Batik merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki semua orang. Barang tersebut hanya dapat dimiliki orang dengan kelas sosial tinggi, seperti bangsawan dan keluarga raja. Kain ini digunakan sebagai pakaian adat saja. Setelah masa kesultanan berakhir, produksinya menurun drastis. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan batik menurun drastis. Pengrajin pun akhirnya sulit ditemukan.
Pada masa penjajahan Belanda, popularitasnya meningkat kembali. Hal tersebut dikarenakan seorang Belanda bernama B.M. Gosling menulis artikel tentang batik Jambi. Ia meminta Residen Jami H.E.K. Ezermann untuk meneliti kain ini.
Kain ini semakin dikembangkan pada masa Orde Baru, di mana saat itu mulai diproduksi massal. Tidak hanya kalangan tertentu saja dapat memilikinya. Dilakukan juga pembinaan serta pengembangan jenis kain ini. Pada era 1980an, warna dominan yang dipakai adalah warna Jambi asli. Sementara pada era 1990an digunakan warna Pekalongan dan Cirebonan. Sekarang, batik kembali ke warna aslinya, cerah dan berkarakter khas.

Kumpulan motif batik tulis Jambi

Batik Jambi memiliki ciri eksotik dan unik, baik warna maupun motif. Bahan-bahan alami digunakan untuk mewarnai, seperti campuran beragam jenis kayu dan tumbuh-tumbuhan di daerah tersebut. Beberapa di antaranya adalah getah kayu lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu sepang, serta kayu tinggi. Selain itu, terdapat campuran dua jenis bahan yang tidak terdapat di daerah tersebut, contohnya daun nila dengan biji pohon tinggi. Biasanya, kedua bahan tersebut didatangkan dari Yogyakarta.
Selain teknik pewarnaan, kerajinan tersebut memiliki banyak motif dengan warna cerah. Warna tersebut menggambarkan keceriaan serta keriangan masyarakat. Sebagain besar motifnya terinspirasi dari bentuk flora serta fauna daerah setempat. Namun, jenis tersebut memiliki motif dengan karakter unik. Bentuk motifnya sederhana, tidak berangkai serta berdiri sendiri-sendiri.

Terdapat banyak motif yang masih dapat ditemukan.

Supaya lebih jelas, berikut ini beberapa motif koleksi Museum Negeri Jambi: Wayang Gengseng, Bungo Durian, Keris, Pucuk Rebung, Tabor Titik, Potong Intan, Tabor Bengkok, Siput, Kepiting, Ikan, Bungo Tanjung, Jangkara, Daun Kangkung, Riang-rian, Bungo Matahari, Kaca Piring, Kepal Lepas, Taritang, Bungo Pauh, Bungo Melati, Bungo Jatuh, Kapal Sanggat, Tagapo, Antalas, Keluk Paku, Keladi Durian Pecah, Biji Timun, Ancak, Bungo Cengkeh, Merak Ngeram, Ayam Lepas, Galo-galo, Bungo Bintang, Bungo Lumut, Tampuk Manggis, Bungo Rambat, Patola, Kuao Berhias, Kaligrafi
Selain motif di atas, sekarang muncul penambahan corak, diantaranya: Angso duo, Keris Siginjai, Kerang, Sungai Batanghari, Daun Keladi, Kajang Lako, Incung, Cendawan, Bungo Kopi, Sapit Udang, Anggur

Lima motif batik Jambi yang laris manis di pasaran

Batik jambi terkenal memiliki beragam jenis motif. Angso duo, keris siginjai, sungai batanghari, durian pecah, dan kapal sanggat adalah lima di antaranya. Kain batik jambi memiliki ciri khas dan makna tersendiri.
Motif angso duo merupakan ikon provinsi tersebut dan terinspirasi pada alam daerah itu. Selain itu, ada juga keris siginjai yang terinspirasi dari senjata pahlawan terdahulu. Sungai batanghari dan kapal sanggat menggambarkan isyarat agar berhati-hati dalam bekerja. Motif durian pecah menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah dua.
Kerajinan tersebut bukan hanya sekedar digunakan untuk bahan pakaian. Kain tersebut juga dapat dijadikan hiasan kepala wanita (tengkuluk) dan hiasan kepala pria (lacak).

Makna motif Batik Jambi Kapal Sanggat

Seperti pada daerah lain, batik di daerah Jambi juga mengalami perkembangan. Karenanya, kain ini memiliki nuansa serta motif yang khas.
Komposisi warna kerajinan tersebut seringkali kontras. Kadang nampak seperti keselarasan atau melestarikan fenomena pertentangan di masyarakat. Contohnya, biru dengan merah menyala, atau oranye terang dengan hijau. Kombinasi warna ini bertentangan dengan aturan komposisi warna dari daerah Bandung, Solo, Madura, atau Yogya. Di saat pada daerah lain memiliki patokan warna, jenis ini tidak.
Setiap corak memiliki makna dan sejarah sendiri. Motif Kapal Sanggat merupakan corak yang bukan merupakan khas kota tersebut. Biasanya corak ini ada di Indramayu dan Pekalongan.
Makna Kapal Kandas adalah sebuah pelajaran. Pelajaran bahwa hidup harus berguna, bukannya menyusahkan. Jangan seperti kapal kandas yang sudah susah dibuat, namun tak bisa mengarungi lautan.
Bila dipikir-pikir, tidak semua kapal kandas tidak bisa mengarungi lautan. Mungkin hal ini hanya berlaku bagi kapal yang baru dibuat. Ada beberapa kapal kandas yang sudah tua serta telah melalui beberapa pelayaran. Karena pengemudinya tidak hati-hati, benda itu menabrak karang. Hal itu menyebabkan karamnya kendaraan tersebut. Kapal seperti itu bukanlah tipe kapal menyusahkan, namun sudah pernah bermanfaat sebelumnya.

Falsafah motif Batik Jambi Kapal Sanggat dari sudut pandang kosmologi

Menurut sudut pandang kosmologi, motif Kapal Sanggat menggambarkan dua jenis kapal sanggat. Pertama, dengan tiga bendera. Kedua, dengan empat bendera. Kapal dengan tiga bendera mewakili masyarakat peladang, sementara kapal berbendera empat melambangkan masyarakat maritim.
Bilangan khas kebudayaan peladang adalah tiga. Sementara itu, empat adalah angka khas kebudayaan maritim. Kedua jenis tersebut masing-masing tetap otonom. Berjalan sebagai diri sendiri, kemudian bersatu dalam dinamika persaingan tanpa kematian. Bila kapal masyarakat peladang berjalan mengarungi lautan, maka kapal tersebut akan karam.

Sentra batik Jambi terbesar dan terlengkap

Sekoja atau Seberang Kota Jambi dapat mewakili wajah daerah itu sesungguhnya. Daerah ini masih kental adat istiadatnya. Kamu akan sulit menemukan bangunan modern bertingkat di daerah Jambi. Rumah yang ada kebanyakan merupakan rumah panggung berbahan kayu. Hal itu bermanfaat untuk mengatasi banjir tahunan.
Namun, bukan berarti Sekoja berada di pelosok. Sekoja masih termasuk bagian kota Jambi, hanya terpisah sungai Batanghari. Untuk mencapai Sekoja, anda dapat menggunakan perahu, berjalan kaki, ataupun kendaraan bermotor.
Di sini, kamu bisa menemukan rumah batu serta mesjid batu. Keduanya merupakan bangunan bersejarah serta menjadi bukti perkembangan wilayah Jambi. Sekoja merupakan sentra batik terbesar di Jambi. Daerah Jambi memiliki pengrajin yang aktif berproduksi di setiap kelurahannya. Kamu bisa mempelajari cara membatik langsung di sini. Cukup membayar 200 ribu, kamu akan mendapat kain dan dibimbing untuk membuatnya sendiri.

Kisaran harga batik Jambi asli

Kamu dapat menemukan secara online lho! Kisaran harganya antara 200-300 ribuan. Level harga 200 ribuan, rata-rata masih dalam bentuk kain. Sementara itu, dengan harga 300 ribuan, produk sudah dijahit menjadi kemeja, blus, ataupu nterusan wanita. Model kemeja pria dengan lengan panjang dan pendek tidak menunjukkan perbedaan harga yang signifikan.
Pada kisaran harga 200 ribuan, motif kain cenderung terang dan penuh warna. Sementara itu, pada harga 300 ribuan, corak yang dipakai cenderung lebih elegan.

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest
This div height required for enabling the sticky sidebar