Ineu Mardiani dari IndHe: Bisnis itu Harus Serius!
Tak ingin setengah-setengah dalam berbisnis, Ineu rela meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan farmasi. Usahanya tak sia-sia, belum genap dua tahun berdiri, produknya sudah mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Totalitas tentunya tidak bisa dipisahkan dari sebuah kesuksesan. Ini juga yang dirasakan oleh Ineu Mardiani saat membangun brand yang menghasilkan produk baju dan tas bernuansa etnik modern. Aktif berdiri sejak awal 2015, IndHe sedianya tak dibangun sendirian oleh Ineu. Namun lantaran kesibukan kerja, partner bisinisnya pun memutuskan untuk mundur. Berbeda dengan wanita kelahiran 10 April 1971 ini yang sejak awal terjun ke dunia bisnis memang sudah resign dari pekerjaannya. “Saya pikir kalau mau bisnis harus full time, nggak bisa sambil-sambilan. Bisnis harus serius. Dari mulai konsep, strategi marketing, produksi, dan distribusi semua harus bener-bener dimatengin dari awal. Untuk mengelola itu harus full time, makanya saya resign,” ungkapnya.
Baca juga:
Harus Punya ‘Jati Diri’
Produk yang dihasilkan IndHe antara lain adalah tas dan pakaian wanita. Seluruhnya hadir dengan ciri khas material kain tradisional yang didesain dengan gaya modern. Selain itu, khusus untuk , Ineu mengusung konsep smart ethnic bag, yakni satu tas yang dapat dibentuk dua hingga tiga macam model sehingga lebih fungsional. Pemilihan konsep ini juga didasari oleh kebutuhan para konsumennya.
“Kebutuhannya seperti apa sih? ‘Oh ternyata mereka tuh sebenernya butuhnya yang simple, muatnya banyak, ekonomis, dalam arti satu tas bisa berganti-ganti gaya. Kebutuhan mereka pada dasarnya sama seperti kebutuhan saya sendiri. Yaitu tas yang ringan, supaya saat bawa barang banyak nggak sakit punggung. Jadi saya harus bikin tas ini seringan mungkin,” ujar ibu dua anak ini.
Ineu meyakini dengan memiliki ciri khas dan jati diri, produk dari brandnya punya nilai lebih ketimbang produk lain yang hanya sekadar mengikuti arus. Selain smart ethnic bag, ada pula koleksi clutch bag dengan paduan kain tenun. Untuk material tasnya, Ineu menggunakan kulit sapi Italia. Meskipun dari segi harga lebih mahal, namun kualitasnya tak perlu diragukan. “Pakai kulit sapi Italia juga ada sebabnya, karena ukurannya lebih besar, jadi tidak banyak bagian yang terbuang. Selain itu kualitasnya juga konsisten, dan sudah diuji tahan di berbagai musim. Saya memang ingin tas saya punya kualitas yang sangat baik,” sambungnya.
Sasar Kelas AB++
Bila ditelisik dari segi harga, tas yang dijual oleh IndHe memang hadir di kisaran yang premium, yakni Rp 890.000 untuk clutch bag hingga Rp 1.750.000 untuk tas lainnya. Menurut Ineu, ini karena produknya dibuat dari baha premium dan dikerjakan secara handmade, sehingga biaya produksinya pun tak murah. Selain itu, IndHe bags juga menyasar masyarakat di kelas AB++ sebagai target market dari produknya. “(Target market-nya) memang mereka yang senang dengan produk Indonesia. Karena di masyarakat ada dua tipe, orang yang lebih seneng sama produk import, sama orang yang udah bosan sama produk import makanya mereka mulai pakai produk Indonesia. Karena untuk orang seperti ini harga sudah bukan masalah, tapi mereka lebih ingin merepresentasikan dirinya bahwa saya cinta produk Indonesia,” urainya.
Lihat juga:
Namun demikian, pandangan bahwa produk lokal haruslah murah memang tak bisa ditampik. Seringkali ia menemukan orang yang memandang rendah produknya lantaran dibanderol dengan harga yang lumayan. Padahal produk lokal terutama handmade memiliki keunikan dan nilai yang lebih daripada produk pabrikan yang dibuat secara masal. “Umumnya bagi mereka yang lebih suka produk import mereka kebanyakan masih melecehkan. ‘Kok mahal?, kok tas kaya gini aja mahal?’ Banyaklah hal-hal yang kadang membuat kita putus asa saat kita pameran,” ucapnya. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa, wanita yang mengambil pendidikn pascasarjana jurusan strategic management ini tetap berusaha mengedukasi masyarakat.
“Saya hanya bisa jelaskan bahwa ini dikerjakan secara handmade, tenunnya dibuat oleh tangan manusia bukan mesin, ini dijahit oleh tangan manusia, bukan mesin, jadi saya biasa tampilkan detail-detailnya. Harapannya sih mudah-mudahan masyarakat semakin teredukasi,” ungkapnya.
Diapresiasi Berbagai Pihak
Usaha totalnya untuk membawa produk lokal ‘naik kelas’ rupanya tak sia-sia. Meski baru berjalan dua tahun, produk-produk IndHe semakin dikenal dan mendapat apresiasi. Seperti mendapat kesempatan untuk ikut pameran besar oleh Kedutaan Jepang dan Malaysia.
“Tahun kedua saya ikut Inacraft masih produk yang biasa aja masih di stand yang biasa aja, tahun kemaren pas Inacraft kedua saya udah masuk ke stand unggulan. Saya dibikinin katalog dan stand khusus, buat saya itu sebuah prestasi. Kalau misalkan saat itu saya masih kerja nggak mungkin hal ini dicapai. Karena saya pasti pusing dengan pekerjaan, dan mungkin prestasi saya di pekerjaan juga nggak bagus, di sini juga nggak bagus. Jadi ya hidup memang harus memilih,” tutupnya, sambil tersenyum.