Unik, Indonesia Loh Andalkan Desain dan Jargon yang Indonesia Banget!
Makin suburnya lahan industri kreatif di Indonesia memang membuat banyak brand lokal tumbuh bermunculan. Oleh karenanya setiap brand lokal sedianya memiliki ‘jiwa’ yang membuat produknya berkarakter dan mudah diingat oleh masyarakat.
Hal ini sangat disadari oleh Millaty Ismail dan Ursula Tumiwa dari brand Indonesia Loh. Berdiri sejak 2012, pertemuan dua wanita yang sama-sama bekerja di industri kreatif ini sebenarnya tidak terduga. Ursula atau yang akrab disapa Ula merupakan seorang produser film dokumenter, sementara Millaty bekerja di sebuah advertising agency bertemu pada sebuah proyek film. Obrolan keduanya pun berlanjut hingga terlahirlah brand , yang identik dengan desainnya yang unik dan seperti namanya, Indonesia banget. Simak obrolan pakarinfo dengan dua wanita di balik brand yang berbasis di Jakarta ini!
Tim Indonesia Loh
Halo Mbak Ula dan Mbak Milla, dari seorang produser dan pekerja industri kreatif, kenapa akhirnya memutuskan membuat brand ini?
Ula: Jadi sebenarnya aku sudah punya usaha tas sendiri. Bareng temen temen, aku bikin usaha tas tapi lebih generik, lokal, dan berbahan serat alam anyaman. Kemudian ketemu Milla yang kebetulan lagi bosan di pekerjaannya. Karna dia biasa bikin tulisan yang lucu dan kreatif. Akhirnya tercetuslah ide ‘yuk bikin produk tas anyaman yang lebih spesifik. Biar nanti bisa lebih tematik lah koleksinya’. Akhirnya dari situ bergabunglah kita.
Lihat juga:
Apa produk awal yang dibuat oleh ?
Milla: Di Indonesia kan banyak tempat destinasi wisata, ada destinasi outdoor, ada diving, naik gunung, terus nama destinasinya kan juga unik. Kita bayangin untuk bikin nama destinasi itu ditulis di tasnya dengan cara dibordir. Akhirnya tema pertama kita adalah seri I Love Diving.
Ula: Seri yang pertama kita adalah yang destinasi, setelah itu kita bilang ‘eh orang Indonesia kan slogannya unik unik tuh’, seperti ‘kalau belum makan nasi, ya artinya belum makan’. Akhirnya dibuatlah seri Nah ini penjualannya lumayan banget dan sampai sekarang masih laku juga.
Kenapa dalam membuat sebuah koleksi dibuat menjadi satu rangkaian?
Ula: Sebenernya lebih ke diversity produk sih dan strategi marketing juga. Tapi kita tetep lihat kita bergeraknya dimana yaitu di house ware. Kalo kita hanya bergerak di satu jenis produk kayanya susah deh. Karena berkembang terus juga permintaannya.
Sekarang kan isu plagiatisme masih marak, dan banyak desain-desain yang ditiru, apa ada acara mencegahnya atau menghadapinya?
Ula: Sebenernya design pun generic dan kita baca juga kan bahwa “idea is never be born by itself” Karena pasti meng-copy dan dijadikan referensi. Menurut aku kalau design-nya genuine, soul-nya kan ada disitu, kalau emang ada yang buat juga, kita sih percaya rejeki ada bagiannya masing masing. Jadi kalaupun di-copy masa sih sesama pencipta idenya di-copy sampai bener bener persis sama, apalagi kalau kita sama sama dari local designer dari Indonesia. Jadi referensi gak apa apa, tapi masa sih tega banget di-copy persis?
Baca juga:
Milla: Kita sudah punya konsep, kita cerita tentang Indonesia, kalau misalnya ada yang meng-copy, kita nggak takut, karena kita lebih kreatif.
Ngomong-ngomong, waktu pertama kali Indonesia Loh akhirnya launching, di mana pertama jualannya?
Ula: Karena sebelumnya kita udah lama juga bergerak di bidang ini, ya kita beruntung sudah ada outlet-outlet yang mau kerjasama dengan kita, jadi beberapa udah ada, nah mulainya dari situ tapi berjalan dengan adanya teknologi online kita mulai mencoba di Instagram kita mulai coba.
Sejauh ini sudah berjalan selama 5 tahun ya?
Milla: Kita launching di Februari 2012, terus punya toko di tahun 2013 sampai 2014. Terus abis itu udah mulai gencar online. Kita merasa pengeluaran (toko) besar banget dan nggak efisien. Akhirnya toko kita tutup, terus kita kesini ya mulainya dengan online.
Jadi sejak kapan mulai terjun di online?
Baru tahun laiu. Jadi kita baru melihat bahwa ternyata efektif banget, dan ditambah lagi e-commerce seperti pakarinfo yang sangat membantu. Tapi sebagiannya yang lain tetep di outlet.
Total tim ada berapa dan seperti apa pembagian kerjanya?
Milla: Tim inti ada 3, berempat sama accounting tapi dia ngurus lebih ke pembukuan, pajak, Milla lebih ke marketing, Ula ke produksi, terus Yuli di admin dan produksi.
Apa mimpi Indonesia Loh dalam lima tahun ke depan?
Milla : lahir di zaman modern, punya barang tapi nggak mesti ada tokonya. Kita dulu punya toko, tapi (penjualannya) nggak seperti yang kita harapkan. Sekarang justru dengan banyaknya online itu lebih tinggi dibanding kita punya toko.
Ula: Kita pinginnya lima tahun lagi punya toko tapi ga nyewa, jadi menggantikan Pasaraya gitu. Tapi nggak mau nyewa. Sekarang sih kita udah happy karena lebih banyak orang yang tau Indonesia Loh, sudah banyak beredar nggak cuma di Jakarta, Bali, Surabaya, Medan sudah banyak yang pakai produk Indonesia Loh.