Dari Ketertarikan dan Hobi, Dua Sahabat Ini Membuat Merek Jam Tangan Kayu dan Aksesoris Handmade Keren
Jam tangan itu tidak selamanya harus terbuat dari plastik atau logam seperti yang sering kita lihat di kehidupan sehari-hari. Ada banyak yang dibuat oleh pengrajin lokal, termasuk pengrajin lokal di Indonesia. Dari sekian banyak yang unik, yang paling menonjol dan mulai terkenal belakangan ini adalah jam tangan kayu. Tidak seperti bahan jam tangan biasa, jam tangan kayu ini punya keunikan tersendiri. Bahan kayu yang memiliki warna alami serta bentuk serat yang unik membuat jam ini punya penampilan elegan tapi alami. Plus, meskipun bergantung pada kayu yang digunakan, jam tangan kayu relatif lebih ringan daripada jam tangan biasa berbahan logam.
Meskipun tidak banyak, di Indonesia ada beberapa pengrajin jam tangan kayu yang berkualitas. Salah satunya adalah yang berasal dari Jakarta. Hand2Craft sendiri sebenarnya tergolong baru berkiprah selama kurang lebih dua tahun. Tapi dalam waktu singkat, merek yang didirikan oleh dua orang sahabat ini bisa berkembang dengan cepat dan membuat lebih banyak varian produk handmade lain yang tentunya tidak kalah unik.
Berawal dari Ketertarikan Terhadap Wirausaha dan Produk Lokal
Dua orang yang mendirikan Hand2Craft adalah David Stephano dan Yola Stania. Keduanya memang sudah bersahabat sejak bersekolah di Sukabumi dulu. Lalu ketika kuliah, kebetulan mereka kuliah di universitas yang berbeda, tapi di kota yang sama. David berkuliah di di Universitas Tarumanegara jurusan arsitektur, sedangkan Yola di London School of Public Relation jurusan komunikasi. Karena masih dalam satu kota, mereka tetap sering bercerita tentang kehidupan kuliah, hobi, serta aspirasi. Ternyata, keduanya punya dua ketertarikan yang sama: wirausaha dan juga produk lokal.
Soal kemampuan berkreasi, David sendiri memang sudah hobi mencoba membuat produk-produk handmade, sebaliknya Yola malah mengaku saat itu sama sekali tidak bisa membuat sesuatu yang berhubungan dengan seni. “Dulu kalau ada tugas kerajinan tangan di sekolah biasanya nyuruh orang lain yang bikin karena kalau saya bikin sendiri pasti gagal.” Tapi pada akhirnya, mereka tetap bekerja bersama. Berawal dari iseng membuat hobi membuat produk handmade menjadi penghasilan, berdirilah Hand2Craft dengan David yang bertugas membuat produknya, dan Yola bertugas menangani marketing.
Menunda Kelulusan Karena Asyik Bereksperimen
Ketika pertama kali berdiri di bulan Agustus 2014, Hand2Craft sendiri sebenarnya belum membuat jam tangan, melainkan aksesoris kulit seperti gelang. Selama beberapa bulan, produk mereka cukup diterima dan mendapatkan beberapa banyak pembeli. Lalu karena saat itu David yang menangani produksi tengah mengerjakan tugas akhir dan akan segera lulus, mereka harusnya akan punya ruang lebih untuk mengeksplor dan mengembangkan produk dan merek mereka.
Tapi “eksplorasi” ini malah terjadi lebih awal. Karena salah satu tugas kuliahnya, David akhirnya diperkenalkan dan langsung tertarik dengan dunia perkayuan. Alhasil, sejak Desember tahun 2014, David sering melakukan eksperimen membuat jam tangan kayu untuk nanti dijual sebagai salah satu produk Hand2Craft. Tapi saking fokus dan tertariknya akan eksperimen itu, David menelantarkan tugas akhir kuliahnya sendiri. Akibatnya, tugas akhir tersebut dinyatakan tidak lulus dan mau tidak mau David harus menunda kelulusannya satu semester lagi.
Tapi “kesalahan” itu sendiri terbayar dengan kerja kerasnya belajar membuat jam tangan kayu. Di bulan Januari 2015, Hand2Craft mulai memproduksi , jam tangan kayu pertama mereka yang terbuat dari bambu dan strap kulit. Respon masyarakat terhadap jam tangan kayu ini ternyata cukup baik. Berkat itu, Hand2Craft akhrinya bisa terus berkembang di lini jam tangan sampai akhirnya membuat dua model baru, yaitu dan . Di samping itu, produk-produk aksesoris kulit mereka juga ikut dikembangkan dari segi variannya.
Terus Berkembang Sampai Menciptakan Hand2Ladies
Sejak membuat jam tangan kayu, Hand2Craft terus berkembang, baik di lini jam tangan maupun aksesorisnya. Lalu, karena memang sejatinya tertarik akan dunia wirausaha, Yola yang awalnya membantu Hand2Craft sambil bekerja akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tetapnya itu. Ia memutuskan untuk menjadi wirausaha dan membuat produk sendiri.
Kebetulan saat itu Hand2Craft mendapat feedback dari masyarakat untuk mulai membuat produk-produk handmade yang memang khusus untuk wanita. Karena merasa kurang berbakat dalam membuat barang-barang kerajinan, akhirnya Yola mulai belajar membuat produk dari David. “Awalnya sulit sih, karena ga ada basic art, sempet depressed juga karena sebenernya tangan saya bukan tangan pengrajin.”
Tapi pada akhirnya, berdirilah , merek yang khusus membuat dan menjual aksesoris handmade untuk wanita dan dikelola oleh Yola. Diposisikan setara dengan Hand2Craft, beberapa aksesoris yang dibuat di bawah merek ini menggunakan kayu sisa pembuatan jam tangan Hand2Craft sebagai bahan baku atau bahan utamanya.
Sekarang ini, Hand2Craft dan Hand2Ladies berdiri sejajar di bawah satu nama atau platform, yaitu Hand2Works. Secara kolektif, kedua merek punya total lima pengrajin untuk pembuatan jam tangan, dan tiga pengrajin untuk membuat aksesoris.
“Dari situ saya banyak belajar untuk membuat suatu produk, dan berasa banget tuh susahnya cari uang.. hehehe..” Kenang Yola mengingat saat dia masih belajar membuat produk untuk Hand2Ladies.
Menjadi Seller of The Month di pakarinfo
Hanpir 4 tahun berdiri, banyak lika-liku yang telah dihadapi Yola dan David. Apresiasi yang lebih pada produknya juga diberikan oleh pakarinfo pada brand Hand2Ladies sebagai Seller of The Month. “Menjadi Seller of The Month merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, saya bersyukur dan berterimakasih telah menyukai dan menghargai karya saya. Karena kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika karyamu disukai dan dihargai. Thank you pakarinfo,” ungkap Yola. Diakuinya, keberadaan brandnya hingga sekarang tak lepas dari proses belajar yang mereka dapatkan dari berbagai cara. “Selama berjualan di pakarinfo saya banyak belajar untuk terus mengembangkan produk dan memberikan yang terbaik untuk para buyer,” sambungnya.
Jangan Takut Berkarya dan Memperlihatkannya
Sebagai salah satu pelaku industri handmade di Indonesia, David sendiri mengaku bahwa industri handmade di Indonesia mulai berkembang. Ini terlihat dari banyaknya pengrajin yang mulai membuat produk serta merek lokal buatan sendiri. Beberapa di antaranya bahkan ada yang sudah terkenal dan . Karena pada dasarnya produk-produk handmade buatan pengrajin lokal Indonesia memang buatan luar negeri. Belum lagi di zaman modern ini ada banyak platform, baik online maupun offline yang bisa digunakan oleh para pengrajin untuk memperlihatkan dan menjual produk mereka, baik secara lokal maupun internasional.
Meskipun begitu, David juga mengakui masih banyak masyarakat yang kurang menghargai produk dan karya anak bangsa dan lebih suka berlomba mencari dan memiliki produk-produk impor dari luar negeri yang harganya jauh lebih mahal. Ironisnya, justru orang asing yang lebih menghargai dan menyukai karya atau produk lokal buatan pengrajin Indonesia.
David sendiri berharap pelaku industri handmade di Indonesia bisa meningkatkan kualitas produk mereka sehingga bisa tetap bersaing dengan produk luar. Ia sendiri juga mengaku selalu mengutamakan kualitas produk buatannya agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Selain itu, David juga tidak takut untuk berbangga dan memperkenalkan hasil karyanya ke banyak orang di berbagai acara.
“Jangan takut untuk menunjukan karya, perkenalkan karyamu seluas luasnya, presentasikan produk dengan sebaik baiknya dengan foto/video dan tentu saja produk yang berkualitas,” sarannya. “Kami selalu menunjukkan bahwa kami adalah produk lokal Indonesia yang berkualitas, so jangan takut dengan produk lokal dan bangga menggunakan produk lokal.”
Kalau kamu penasaran seperti apa produk-produk buatan mereka, langsung saja berkunjung ke halaman dan .