Pesona Batik Solo, Paduan Cerminan Masyarakat, Adat, Serta Sejarah
Kota Solo terkenal sebagai kota penghasil kain kesenian berkualitas di Indonesia yang merupakan hasil pengaruh lingkungan kerajaan Surakarta. Atau yang dulu dikenal dengan Kerajaan Mataram. Sebelum akhirnya terpecah oleh perjanjian Giyanti.
Tertarik untuk menyelami sejarah Kota beserta bermotif khasnya? Kenapa coraknya begitu khas dan terkenal? Dan apakah harganya mahal? Simak beberapa ulasan singkat berikut:
Sejarah asal-muasal batik solo
Berkembangnya Batik Solo tak lepas dari berdirinya Keraton Surakarta pada tahun 1745. Berawal dari perpecahan Keraton Surakarta dengan Ngayogyakarta sebagai akibat dari perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Sejak saat itu seluruh busana kebesaran Mataram dibawa ke Keraton Yogyakarta. Hingga kemudian PB III memerintahkan para abdi dalem untuk membuat sendiri motif Gagrak Surakarta.
Dari perintah itulah masyarakat mulai berlomba-lomba untuk mengembangkan corak perbatikan di Surakarta. Sehingga, banyak sekali bermunculan motif-motif baru khas Surakarta.
PB III juga mengeluarkan peraturan mengenai kain yg boleh dipakai di keraton. Hanya beberapa motif tertentu saja yang mendapatkan izin untuk dipakai di lingkungan keraton. Bunyi peraturan tersebut kurang lebih sebagai berikut :
“Ana dene kang arupa jejarit kang kalebu laranganingsun, bathik sawat, bathik parang lan bathik cemukiran kang calacap modang, bangun tulak, lenga teleng lan tumpal, apa dene bathik cemukiran kang calacap lung-lungan, kang sun wenangake anganggoa pepatihingsun lan sentananingsun dene kawulaningsun pada wedhia.”
Yang artinya:
Adapun jenis kain batik yang saya larang, sawat, parang dan cemukiran dengan ujung seperti paruh burung podang, bagun tulak, minyak teleng serta berujud tumpal dan juga cemukiran berujung lung (daun tumbuhan menjalar di tanah), yang saya izinkan memakainya adalah patih dan para kerabat saya. Sedangkan para kawula (rakyat) tidak diperkenankan.
Sejak saat itu pula, bermunculan komunitas pengerajin batik solo seperti Keratonan, Kusumodiningratan, Kauman, hingga Pasar Kliwon. Komunitas ini terdiri dari kumpulan abdi dalem yang memang memiliki tugas untuk merancang batik bagi kepentingan keraton. Bahan untuk pembuatan serta pewarnaannya masih dominan menggunakan bahan lokal seperti soga Jawa.
Kumpulan motif batik solo yang paling terkenal
Ada banyak ratusan bahkan mungkin lebih, jenis corak Kasuanan Surakata. Baik itu tradisional, maupun yang sudah tercampur kebudayaan luar hingga terkesan modern. Nah, berikut adalah beberapa motif elegan tersebut :
Batik Parang.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Parang merupakan motif paling tua di Indonesia. Parang memilki motif menyerupai ombak samudra sebagai penggambaran semangat juang tak pernah padam. Terus berusaha dan pantang menyerah. Kokoh bagaikan sebuah batu karang meski diterjang berbagai macam ombak lautan.
Selain itu, pesan tersirat dari motif batik solo tersebut ialah tentang jalinan yang tak pernah putus. Saling sambung-menyambung dalam upaya selalu memperbaiki diri.
Batik Kawung.
Kawung bisa dikatakan merupakan jenis motif penggambaran paling sederhana. Nama Kawung berasal dari pola nan dibuat berdasarkan buah Kawung (kolang-kaling). Dulu, motif ini hanya boleh dikenakan oleh kalangan kerajaan sebagai simbol pencerminan seorang pemimpin adil.
Batik Sawat.
Nama sawat bearasal dari kata sayap. Selaras dengan penggambaran motif pada kain menyerupai kumpulan sayap. Dulu, kain ini juga dianggap sakral karena hanya dipakai oleh raja dan keluarganya. Namun sekarang, Sawat sering dikenakan oleh pasangan pengantin dalam prosesi pernikahan sebagai simbol agar dapat melindungi kehidupan pemakainya.
Batik Sidomukti.
Sidomukti berasal dari gabungan kata sido yang artinya jadi, berkesinambungan, terus-menerus dan dari kata mukti, yg berarti berkecukupan, makmur, serta sejahrtera. Karena makna tersebut, masyarakat Solo banyak menggunakan motif ini sebagai pakaian adat pengantin.
Batik Truntum.
Jika Sidomukti identik dikenakan oleh pengantin, maka Truntum kerap dipilih sebagai pakaian orang tua pengantin. Kata Truntum sering dimaknai sebagai penuntun dan panutan. Cocok dengan peran orang tua sebagai contoh bagi anak-anaknya. Motif ini juga memiliki makna sebagai simbol ketulusan cinta, abadi, serta semakin lama semakin subur dan berkembang.
Batik Satrio Manah.
Arti kata Satrio Manah ialah satria pemanah. Batik solo satrio manah memiliki filosofi seorang kesatria dengan busur panahnya, guna membidik sasaran. Oleh karena itu, motif ini sering dikenakan oleh pengantin laki-laki supaya dapat memilih pasangannya dengan baik.
Batik Semen Rante.
Jika mempelai pria dalam pengantin solo memakai motif Satrio Manah, maka sudah dipastikan mempelai wanitanya akan menggunakan Semen Rante. Semen Rante memiliki makna hubungan erat atau sebuah ikatan kokoh. Sehingga berkesinambungan bila dikaitkan dengan keinginan setiap pengantin untuk menjalin ikatan sakral nan kokoh, juga barokah.
Tempat belanja batik solo yang murah
Solo merupakan salah satu kota paling tepat untuk mendapatkan kain berkualitas namun dengan harga terjangkau. Tak percaya? Cobalah kunjungi tempat-tempat berikut:
-
Pasar Klewer.
Klewer merupakan pasar tradisional Solo sejak dulu kala. Dimana sekarang sudah berevolusi menjadi pusat perbelanjaan busana terbesar di Solo. Bahkan bisa dikatakan terbesar di Indonesia untuk batik. Pasar yang terletak di Jl. Dr. Rajiman ini merupakan tempat utama para wisatawan maupun reseller baju batik dari berbagai kota di Indonesia. Oleh karena itu, kisaran harga di pasar ini masih sangat terjangkau.
-
Pusat Grosir Solo, atau lebih dikenal PGS.
Merupakan pusat perbelanjaan yang memang khusus menjual berbagai macam produk tekstil. Mulai dari kaus, baju, kerudung, dan tentunya batik solo. Disini kamu bisa membeli secara grosir maupun eceran.
-
Benteng Trade Center.
Letaknya bersebelahan dengan PGS. Kamu dapat menemukan banyak penjual batik di hampir 3 lantai bangunan ini. Tiap stan disini juga melayani pembelian eceran maupun grosir.
Wisata kampung batik solo yang wajib dikunjungi
Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Solo namun tidak mampir ke kampung batik solo. Saat ini, pemerintah Surakarta memiliki dua kampung batik di Kota ini. Yakni kampung Laweyan dan kampung Kauman.
Kampung Laweyan
Pernah mencapai masa kejayaan pada era 1970-an. Sejak saat itu, kampung ini telah banyak melahirnya pengrajin-pengrajin hebat bahkan hingga kini. Sementara kampung Kauman, lokasinya sangat dekat dengan keraton Kasunanan Surakarta. Di kampung ini terdapat sebuah Paguyuban Batik Kauman dimana anggotanya berasal dari abdi dalem pembuat batik keratonan. Paguyuban ini juga memiliki tiga showroom untuk memproduksi, promosi, dan berjualan batik solo.
Kampung Kauman
Mulai tumbuh saat Raja Keraton Surakarta Paku Buwono III membangun Masjid Agung Keraton. Letaknya berada di sebelah barat alun-alun keraton pada tahun 1763-1788. Seperti halnya di Solo, Kampung Kauman di Yogyakarta juga berada persis di dekat Masjid Agung Keraton.
Dahulu, Kampung Kauman ditinggali oleh:
- Ketib atau khatib, yakni pengkhotbah shalat Jumat dan juga imam.
- Modin, yakni pemukul beduk menjelang waktu shalat dan mengumandangkan azan.
- Pembantu modin atau disebut qoyyim dan merbot yg bertugas mengurusi kebersihan masjid hingga menyediakan tikar untuk shalat dan tugas-tugas teknis lainnya
Saat ini, Kampung Kauman terbagi menjadi beberapa kampung yang lebih kecil. Kampung ini disebut sesuai jenis-jenis pekerjaan yg digeluti warga setempat. Misalnya:
- Desa Blodiran, ditinggali abdi dalem yang bekerja sebagai tukang bordir.
- Kampung Gerjen karena sebagian besar warganya bekerja sebagai gerji atau penjahit.
- Desa Kentiran dimana pekerjaan warganya menjadi pembuat samir, yakni semacam selendang mini berwarna kuning dan merah yang dikalungkan di leher.