Hit enter after type your search item

Review Baju Adat Jawa Tengah! Lengkap dan Disertai Gambar!

/
/

Jawa Tengah merupakan provinsi di Indonesia yang terkenal kaya akan warisan budayanya. Mulai dari kesenian tradisional, alat musik tradisional, hingga pakaian adatnya. Baju adat Jawa Tengah dikenal memiliki keindahan serta nilai seni tersendiri sehingga banyak kalangan menggemarinya.
Tak hanya dari kalangan suku Jawa, akan tetapi orang-orang di pelosok nusantara pun menyukainya. Misalnya saja busana pengantin khas Jateng yang dinilai mampu menambah keanggunan sang pengantin dengan berbagai hiasan cantiknya. Ingin tahu lebih banyak mengenai pakaian adat Jawa Tengah? Berikut pembahasan selengkapnya.

Pakaian Adat Jawa Tengah Resmi

Pada dasarnya, baju adat Jawa Tengah dibagi menjadi Jawi Jangkep dan Kebaya. Secara etimologi, Jawi memiliki arti Jawa sedangkan Jangkep artinya lengkap. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Jawi Jangkep perupakan busana pria terdiri atas bebrapa perlengkapan yang sering dikenakan untuk keperluan adat.
Jawi Jangkep mempunyai atasan berupa beskap bermotif bunga-bunga. Sedangkan bahawannya biasa menggunakan kain jarik yang terlilit di bagian pinggang. Blangkon (penutup kepala tradisional) juga dikenakan untuk melengkapi penampilan. Sebagai aksesori tambahan, umumnya dilengkapi juga pusaka adat berupa keris.
Sementara itu, pakaian adat Jawa Tengah untuk kaum wanita umumnya menggunakan kebaya. Kebaya umunya terbuat dari bahan katun, sutera brokat, beludru, atau nilon (berwarna cerah). Selain kebaya, kemben juga dikenakan sebagai penutup dada hingga bagian pinggul. Beberapa perlengkapan tambahan ini juga kerap digunakan untuk mempercantik penampilan:

  • Stagen: berfungsi sebagai penahan kain panjang
  • Kain tapih pinjul: berfungsi untuk melilitkan kain panjang pada bagian pinggang
  • Konde: merupakan hiasan rambut tambahan seorang wanita
  • Supaya tampilannya lebih menarik, tambahan perhiasan seperti cincin, kalung, gelang, subang, dan kipas pun jangan sampai ketinggalan

Baju Adat Pengantin Jawa Tengah

Selain pakaian formal, busana adat pengantin dalam budaya Jawa Tengah juga memiliki beragam jenis. Sekadar informasi, dalam upacara perkawinan tradisional Jawa terdapat beberapa prosesi upacara yang dilakukan oleh kedua mempelai. Dan, setiap prosesi upacara umumnya memiliki busana khasnya masing-masing, berikut penjelasannya.

1. Midodareni

Midodareni merupakan satu prosesi ritual di mana mempelai wanita seolah menjadi sosok istimewa, mirip seperti yang saat ini populer disebut “bridal shower”. Malam Midodareni juga kerap disebut malam pengarip-arip, yaitu satu malam menjelang hari pernikahan. Bisa dibilang bahwa malam tersebut akan menjadi malam terakhir bagi kedua calon mempelai dengan status lajang.
Selama prosesi upacara midodareni, seorang pengantin pria biasanya mengenakan busana Jawi Jangkep. Jawi Jangkep dilengkapi atasan menggunakan atela, sedangkan bawahannya berupa kain jarik, udeng, timang sebagai sabuk, sikepan, keris serta selop.
Sementara itu, mempelai wanita mengenakan baju adat Jawa Tengah berupa sawitan. Busana ini terdiri atas kebaya berlengan panjang, stagen, dan kain jarik bercorak batik untuk bagian bawahannya.

2. Ijab

Dalam prosesi upacara ijab, mempelai wanita umumnya mengenakan baju batik dipadukan dengan kain jarik. Sedangkan mempelai pria biasanya hanya menggunakan busana basahan.
Basahan pria terdiri atas dodot bangun tulak, sabuk dengan timang, kulak mata petak, dan cinde. Sedangkan bawahannya menggunakan celana panjang warna putih, stagen, selop, serta keris warangkala sebagai aksesori tambahan.

3. Panggih

Panggih berasal dari bahasa Jawa berarti pertemuan/bertemu, prosesi ini merupakan budaya tradisional yang dilaksanakan selepas acara akad nikah. Memiliki makna supaya pasangan pengantin dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan bahagia, sejahtera, teriring restu kedua orangtua. Umumnya panggih dilaksanakan di rumah mempelai wanita.
Dalam upacara panggih kedua mempelai biasanya mengenakan baju adat Jawa Tengah disebut busana basahan. Pakaian ini terdiri atas kemben, selendang sekar cinde abrit atau sampur, dodot bangun tupak, serta jarik bermotif cinde sejar merah.
Supaya penampilannya kian menarik, beberapa aksesori perhiasan tampahan pun kerap dipasangkan pada tubuh pengantin. Bagi mempelai pria, perhiasan tersebut berupa kalung ulur, timang atau epek, bros, cincin, dan buntal. Sedangkan pengantin wanita menggunakan cunduk mentul, kalung, cincin, gelang, bros, centung, jungkat, subang, dan timang.

Upacara setelah Panggih

Selama prosesi ini, mempelai wanita mengenakan pakaian kanigaran sedangkan sang pria mengenkan pakaian kapangeranan. Kanigaran merupakan pakaian adat Jawa Tengah terdiri atas kebaya sebagai atasan, stagen, kain jarik, dan selop. Sedangkan kapangeranan terdiri atas stagen, kanigoro, sabuk timang, kain jarik, kuluk atau kerap disebut dengan kopiah, baju takwo, keris warangka ladrang, ladrang serta selop.

Perbedaan Baju Adat Jawa Tengah Solo VS Yogyakarta

Solo dan Yogyakarta merupakan dua daerah yang terkenal akan keaslian budaya kerajaan Jawanya. Meskipun secara geografis Yogyakarta merupakan provinsi yang berdiri sendiri, namun keduanya sama-sama menjunjung tinggi adat Jawa Tengah. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara baju adat Solo dan Yogyakarta.
Pertama dan yang paling umum yakni bisa dilihat dari bentuk blangkon, di mana bentuk tonjolan blangkon Yogyakarta lebih besar dan menonjol dibanding blangkon Solo. Kedua, atasan pakaian adat Yogyakarta berupa Surjan, sementara di Solo memakai Beskap. Motif batik dan bentuk keris kedua keraton tersebut pun berbeda.
Perbedaan lain terletak pada warna batik, batik Yogyakarta lebih cenderung menggunakan motif berwarna putih bercorak hitam. Sedangkan batik Solo umumnya bercorak tanpa warna putih.
Tata rias pengantin wanita Solo umumnya menggunaka paes hitam pekat sebagai penghias dahi. Riasan rambut dengan ukel besar seperti bokor mengkurep atau bokor mengkureh, berhias ronce melati tibo dodo. Supaya lebih anggun, ditambahkan perhiasan cundhuk mentul dan cundhuk sisir pada bagian atas konde.
Sementara itu, Yogyakarta terkenal dengan paes ageng atau kebesaran menggunakan dodot sebagai aksesori khusus. Paes hitam bersisi keemasan pada dahi, rambut sanggul bokor beserta gajah ngolig yang menjuntai indah.

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest
This div height required for enabling the sticky sidebar