Review Baju Adat Jawa Timur: Sejarah, Karakteristik, Filosofi + Gambar

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang secara geografis terletak di bagian paling timur Pulau Jawa. Provinsi ini juga meliputi wilayah pulau Madura di mana secara antropologis memiliki budaya cukup kontras dengan budaya Jawa Timuran.
Dilihat sisi historisnya, Jawa Timur memang terkenal mempunyai kebudayaan yang telah maju sejak zaman dulu. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya berbagai macam candi serta prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu yang pernah berkuasa di wilayah ini, contohnya:

• Majapahit
• Kanjuruhan
• Kahuripan
• Medang Kamulan
• Singasari
• Janggala

Karakteristik baju adat Jawa Timur dan Jawa Tengah

Sekilas, baju adat Jawa Timur memiliki cukup banyak kemiripan dengan pakaian tradisional masyarakat Jateng. Hal tersebut disebabkan karena Jatim sendiri secara historis dan geografis telah mendapat cukup banyak pengaruh dari kebudayaan Jawa Tengah. Di mana pada masa itu perkembangan wilayah Jateng lebih dominan.
Meski terdapat banyak kemiripan, akan tetapi terdapat pula beberapa hal yang membedakan kedua jenis pakaian adat tersebut. Misal dilihat dari segi coraknya. Corak pada pakaian tradisional Jateng jelas sekali melambangkan nilai-nilai tata krama dan menjunjung tinggi norma kesopanan.
Ciri khas tersebut tentunya sangat kontras jika dibandingkan dengan baju adat Jawa Timur yang cenderung lebih menonjolkan nilai-nilai ketegasan namun tetap sederhana serta menjunjung tinggi nilai etika.
Selain itu, perbedaan juga terlihat dalam hal perlengkapan busananya. Baju adat Jawa Timur umumnya dikenakan dengan berbagai macam aksesori unik, misalnya penutup kepala (odheng), arloji rantai, tongkat (sebum dhungket), dan kain selendang yang disilangkan pada bahu. Selain beberapa perbedaan fundamental tersebut, beberapa karakteristik pada masing-masing jenis baju adat Jawa Timur berikut ini sangat perlu dipelajari.

Busana Mantenan

Sesuai namanya, busana mantenan umumnya dipakai dalam acara pernikahan adat Jawa. Busana tersebut dikenakan oleh kedua mempelai, baik pria maupun wanita. Busana mantenan mempunyai desain yang kurang lebih sama antara pria maupun wanita, berwarna dasar hitam ditambah corak berwarna merah.
Untuk mempercantik penampilan, biasanya akan ditambahkan berbagai macam aksesori. Misalnya penutup kepala, gelang tangan, terompah, sabuk emas, serta selendang yang disematkan pada bahu. Salah satu aksesori yang menjadi karakteristik khas busana mantenan yakni rangkaian kembang melati yang dikenakan oleh kedua mempelai.
Rangkaian bunga melati tersebut biasanya dikalungkan pada leher mempelai pria, dan digantungkan pada sanggul mempelai wanita.

Busana Pesaan

Busana pesaan merupakan baju adat Jawa Timur tepatnya berasal dari Madura. Pada dasarnya pesaan ialah sebuah pakaian sederhana yang dikenakan untuk aktivitas sehari-hari oleh masyarakat Madura. Mulai dari melaut, bekerja, hingga untuk menghadiri upacara tradisional daerah setempat.
Secara umum pesaan digunakan oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, pria, wanita, hingga orang tua. Pesaan umumnya berwarna hitam serta memiliki ukuran longgar pada semua bagiannya. Pesaan dikenakan beserta dalaman berupa kaos bermotif belang berwarna merah-putih atau hitam-putih.
Baju adat Jawa Timur ini biasanya dipadukan dengan celana gomboran. Celana gomboran umumnya berwarna hitam, mempunyai ukuran panjang hingga bawah lutut atau sampai mata kaki. Tak ada ukuran pasti berapa ketentuan panjang celana gomboran, cukup disesuaikan dengan ukuran kaki pemakainya.
Busana pesaan juga kerap dipakai lengkap dengan odheng, semacam penutup kepala berupa balutan kain. Ada juga yang mengenakan sarung bermotif kotak-kotak, alas kaki atau terompah, serta senjata tradisional berupa clurit sebagai hiasan tambahan semata. Longgarnya jenis pakaian tersebut mengandung makna bahwa suku Madura merupakan suku yang menjunjung tinggi kebebasan.
Kaos belang yang dikenakan pun mempunyai arti bahwa masyarakat Madura merupakan masyarakat pemberani, tegas, serta bermental pejuang. Serupa dengan pakaian yang dikenakan oleh kaum pria, busana pesaan untuk wanita pun mempunyai desain sederhana. Para wanita biasanya mengenakan kebaya rancongan atau pakaian kebaya tanpa kutu baru. Motif pakaiannya menerawang sehingga membuat wanita Madura terlihat molek.

Baju Cak dan Baju Ning

Busana cak merupakan baju adat Jawa Timur tepatnya berasal dari kota Surabaya. Secara umum, busana cak ini hanya dipakai oleh kaum pria saja. Busana cak merupakan perpaduan antara jas atau beskap sebagai atasan, sedangkan bawahannya berupa kain jarik.
Selain itu, baju adat Jawa Timur satu ini dilengkapi beberapa aksesori sebagai hiasan. Sebut saja kuku macan untuk hiasan yang disematkan di bagian saku beskap. Tak jarang juga dipadukan dengan sarung tangan berwarna merah plus terompah sebagai alas kaki.
Sedangkan busana adat ning yakni jenis yang umumnya hanya dikenakan oleh kaum wanita saja. Pakaian tradisional ning umumnya berupa kebaya sebagai atasan dan kain jarik sebagai bawahannya. Karena baju ning dikenakan oleh kaum wanita, maka baju adat Jawa Timur ini dilengkapi kerudung renda.
Seperti halnya pakaian adat cak, baju adat ning juga dilengkapi berbagai aksesori tambahan untuk mempercantik penampilan pemakainya. Misalnya anting, gelang, selendang, dan selop. Meskipun secara umum memiliki desain sedikit kuno, namun keduanya masih tetap digunakan dalam acara-acara besar di kediaman walikota maupun balai kota.
Sebagai upaya melestarikan busana adat cak dan ning, kota Surabaya mengadakan sebuah acara setiap tahunnya yakni pemilihan seorang bujang dan gadis, disebut kontes cak dan ning. Dalam acara ini, para peserta wajib mengenakan baju adat cak dan ning kemudian dinilai oleh para juri.
Selain untuk melestarikan warisan budaya Jatim, event tersebut juga bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia (khususnya provinsi Jatim) kepada para generasi muda. Melalui acara ini, diharapkan generasi muda turut serta melestarikan kebudayaan Indonesia.