Hit enter after type your search item

Review & Filosofi Baju Adat Papua yang Belum Kita Ketahui 

/
/

Sudah tau Baju Adat Papua ada apa saja? Indonesia merupakan negara kepulauan, mempunyai banyak sekali kebudayaan, suku, dan bahasa. Hampir di setiap daerah memiliki budaya dan adat istiadat berbeda dengan satu daerah lainnya.
Hal ini menjadikan negara Indonesia mempunyai banyak sekali kebudayaan dan adat istiadat yang sudah sepatutnya untuk tetap dilestarikan.
Salah satu adat istiadat yang ada di daerah paling Timur Indonesia adalah adat dari daerah Papua. Dimana di daerah Papua sendiri memiliki berbagai macam suku dan juga pakaian adat Papua.
Papua, dihuni oleh setidaknya lima suku besar. Diantaranya yaitu suku Asmat, Dani, Biak, Kamoro dan Waropen. Nah, dari setiap suku tersebut tentunya memiliki adat dan kebiasaan berbeda, salah satunya dalam urusan cara berpakaian. Berikut ini beberapa pakaian adat Papua yang perlu kita ketahui:

1. Pakaian Adat Sali

Baju adat Papua beranama Sali ini diperuntukan khusus bagi wanita lajang atau belum menikah. Bahan dasar pakaian Sali sendiri terbuat dari kulit pohon.
Tentunya masih sangat alami bukan? Nah, kulit pohon tesebut menghasilkan warna cokelat alami. Alasan inilah yang mendasari wanita yang sudah menikah tidak boleh lagi menggunakan jenis pakaian satu ini.

2. Pakaian Adat Holim / Koteka

Pakaian adat Papua kedua yaitu Holim. Pakaian holim biasa dikenal dengan nama koteka. Holim merupakan busana khusus diperuntukan bagi kaum pria. Busana ini berasal dari Suku Dani atau merupakan baju adat dari Suku Dani. Koteka atau holim berfungsi sebagai penutup kemaluan pria. Cara memakainya pun cukup sederhana, yaitu diikatkan ke pinggang dengan seutas tali.
Waktu penggunaan Holim pun bisa dikenakan dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam upacara adat. Khusus acara adat, Holim (koteka) yang dikenakan berukuran panjang serta dilengkapi dengan ukiran etnik. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari menggunakan ukuran lebih pendek.
Nah, Holim (koteka) bagi masyarkat Papua ternyata berbeda-beda tergantung sukunya masing-masing. Seperti contohya pada Suku Tion, mereka menggunakan Koteka dengan dua buah labu air sekaligus. Sementara suku lain hanya memakai satu buah labu air saja.
Holim (Koteka) terbuat dari labu air tua yang dikeringkan dengan bagian dalam atau bijinya dibuang. Mengapa menggunakan labu air tua? karena labu air tua dipercaya cenderung lebih keras dan awet jika digunakan.

3. Pakaian Adat Yokal

Baju adat Papua ketiga yaitu Yokal. Berkebalikan dengan pakaian Sali, Yokal ini hanya diperuntukan khusus bagi wanita yang sudah menikah saja. Sayangnya busana tersebut hanya ada di Papua bagian Barat saja.
Warna identik dari Yokal yaitu cokelat sedikit kemerah-merahan. Busana ini merupakan sebuah simbol bagi masyarakat Papua pedalaman yang menggambarkan kedekatan mereka dengan alam sekitar. Sehingga Yokal tidak diperjual belikan.

4. Rok Rumbai

Selain ketiga pakaian adat Papua di atas, masih terdapat beberapa aksesoris lain seperti rok rumbai. Rok rumbai ini digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah. Rok rumbai sendiri berbahan dasar susunan dau sagu kering. Pakaian ini dapat digunakan baik untuk pria maupun wanita.
Nah, untuk mempercantik tampilan biasanya penggunaan rok rumbai juga dilengkapi dengan beberapa aksesoris lain. Seperti halnya hiasan kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari, atau anyaman daun sagu. Ada juga manik-manik dari kerang, taring babi diletakan di antara lubang hidung, gigi anjing yang dikalungkan di leher, tas noken (tas dari anyaman kulit kayu untuk wadah umbi-umbian atau sayuran)  dan dikenakan di kepala. Juga alat tradisional seperti tombak Papua, panah, dan sumpit.

Makna Filosofi Dibalik Pakaian Adat Papua

Masyarakat Papua asli meyakini bahwa mengenakan baju adat Papua warisan nenek moyang merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Dengan mengenakan busana tradisional dipercaya sebagai suatu wujud penghormatan kepada nenek moyang. Nah, ternyata di balik pakaian adat Papua tersimpan filosofi cukup menarik yang sebaiknya kita ketahui. Berikut ini penjelasannya:

1. Model baju adat Papua

Hal pertama yang patut disoroti dari baju tradisional masyarakat Papua yaitu model bajunya. Jika dilihat baik pria maupun wanita menggunakan model baju yang hampir sama. Menariknya, busana tersebut dibuat dengan bahan dasar daun sagu kering seperti halnya rok rumbai. Selain digunakan sebagai bahan dasar pembuatan rok rumbai, ternyata daun sagu kering juga dimanfaatkan sebagai hiasan kepala oleh masyarakat sekitar.
Nah, bagi masyarakat papua pedalaman, sampai sekarang mereka masih enggan menggunakan busana sebagai penutup bagian dada. Dan sebagai penggantinya, masyarakat pedalaman lebih suka menutupi bagian dada menggunakan tato.
Selain rok rumbai, koteka juga menjadi salah satu busana yang sering ditemukan. Konon katanya apabila seorang pria memakai koteka paling besar maka pria tersebut memiliki kedudukan tinggi di lingkungan tempat tinggalnya.

2. Aksesoris baju adat Papua

Hal menarik lain dari busana tradisional mayarakat Indonesia bagian timur ini yaitu pernak-pernik atau aksesoris pelengkap berupa hiasan kepala. Hiasan kepala tersebut terbuat dari berbagai macam bahan seperti:

  • Rambut ijuk
  • Bulu burung kasuari
  • Ayaman daun sagu
  • Manik-manik dari kerang, ataupun gigi anjing.

Semua aksesoris Di atas tidak bisa lepas dari ciri khas baju adat Papua sendiri. Itulah beberapa pakaian adat Papua beserta filosofi di balik busana tradisionalnya tersebut.
Selain itu, ada pula Koteka, Rok Rumbai dan aksesoris berupa hiasan kepala sudah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia bagian timur ini. Dan uniknya, masyarakat Papua masih mempertahankan warisan nenek moyangnya dan tetap melestarikannya sampai saat ini.
Hal inilah yang sudah seharusnya dicontoh oleh masyarakat di daerah-daerah lain di Indonesia. Bagaimanapun pakaian adat merupakan salah satu warisan budaya dan memiliki nilai estetika yang mampu mengangkat nama Indonesia di mata dunia.

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest
This div height required for enabling the sticky sidebar