Hit enter after type your search item

Review Lengkap Baju Adat Bugis – Indah dan Mempesonanya

/
/

Baju adat Bugis! Etnis Bugis merupakan etnis mayoritas penduduk yang mendiami provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi ini memiliki luas wilayah sekitar 45.764.53 km² dengan pembagian persebaran sukunya terdiri dari:

  • Bugis (41,9%)
  • Makassar (25,43%)
  • Toraja (9,02%)
  • Mandar (6,1%)
  • Sisanya adalah suku adat Duri Pattinjo, suku Bone, suku Maiwa, suku Endekan, suku Pattae, suku Kajang atau Konjo serta penduduk rantau atau pendatang dari pulau lain di Indonesia.

Banyaknya ragam etnis tersebut menimbulkan akulturasi kebudayaan. Tak terkecuali bagi etnis mayoritas, Bugis. Terlebih pada pakaian adat bugis.

Sejarah Singkat Tentang Baju Adat Bugis

Melihat kebiasaan-kebiasaan masyarakat Sulawesi Selatan, terutama Makassar dalam mengenakan pakaian adat, sebenarnya ada keterkaitan tersendiri dengan baju adat yang biasa dipakai oleh orang-orang Bugis.
Pada jaman dahulu, busana adat orang-orang Makassar dapat menunjukkan status pernikahan bahkan juga status sosial pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan di dalam strata sosial masyarakat Makassar, terdapat tiga lapisan sosial. Pertama aitu Ono Karaeng  yakni lapisan strata sosial tempat para kerabat Raja dan bangsawan. Kedua yaitu Tu Maradeka yaitu lapisan orang merdeka atau masyarakat kebanyakan. Dan ketiga adalah Ata atau golongan para budak lapisan orang-orang yang kalah dalam peperangan, tidak mampu membayar utang, dan orang-orang pelanggar adat istiadat.
Pada masa sekarang, busana yang dipakai tidak lagi menunjukkan status sosial kedudukan seseorang. Namun pembagiannya lebih ke arah jenis kelamin sang pemakai. Busana adat kaum pria tentulah berbeda dengan busana kaum wanita. Di mana masing-masing busana tersebut memiliki karasteristik tersendiri. Pakaian adat Bugis buat pria bernama Jas Tutu. Sedangkan kaum wanita diberi nama Baju Bodo.

Baju adat Bugis untuk pria

Baju adat Bugis untuk pria, diberi nama Jas Tutu. Pakaian adat bugis ini biasanya terdiri dari Baju, celana atau Paroci, kain sarung atau Lipa’ Garusu’, dan tutup kepala atau Passapu’. Setelan yang dikenakan pada bagian atas, biasanya berupa jas tutup dan kemeja model belah dada. Busana bagian atas ini memiliki model lengan panjang dengan leher berkerah dan saku pada bagian kanan serta kiri baju. kemudian ada bubuhan kancing berwarna emas atau perak dipasang hingga pada leher baju. Bahan guna membuat jas biasanya tebal serta memiliki warna gelap biru atau coklat tua.
Khusus untuk tutup kepala (Songko’), bahan yang biasa digunakan berasal dari kain Passapu’. Kain ini terbuat dari serat daun lontar yang telah melalui proses anyam. Tutup kepala pria dengan hiasan benang emas disebut Mbiring. Sementara tutup kepala yang tidak berhiaskan benang emas disebut Passapu’ Guru. Passapu’ Guru biasa digunakan oleh pria-pria berstatus sebagai guru mengaji di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria juga mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu guna melambangkan satus sosial pemakainya.
Kemudian sebagai pelengkap Pakaian adat Bugis untuk pria, ada aksesoris tambahan berupa Badik, gelang, Salempang, Passapu’ Embara’, dan hiasan Pada tutup kepala atau Sigara’. Badik yang selalu digunakan ialah badik  denang kepala dan sarung terbuat dari emas. Badik jenis ini biasa dikenal pula dengan sebutan Passatimpo atau Tatapareng.

Baju adat Bugis untuk wanita

Baju adat Bugis untuk kaum wanita diberi nama Baju Bodo. Busana satu ini merupakan salah satu busana sekaligus busana paling disenangi masyarakat Bugis. Hampir dalam setiap acara-acara seperti pesta perkawinan, sunatan, ataupun pesta adat lainnya busana ini selalu dipakai.
Warna-warni yang biasas mereka piliha ialah warna ungu atau merah tua. Kemudian dipadukan bersama sarung sutera kaya warna. Bahkan ada anggapan bahwa Baju Bodo merupakan pakaian wajib bila ada perhelatan resepsi pernikahan di kalangan masyarakat Bugis.
Menurut pengertiannya, Baju Bodo sendiri merupakan pakaian adat bugis jenis atasan tanpa lengan. Dalam bahasa Bugisnya, atasan ini disebut Waju Ponco. Nama tersebut dipilih bukan tanpa alasan. Waju Ponco atau Bodo memiliki bentuk memanjang ke bawah, bahkan ada yang sampai mencapai ujung kaki pemakainya.
Suku Makassar menyebut model pakaian ini sebagai Labbu. Perbedaan keduanya terletak pada panjang lengan. Baju Labbu memiliki panjang lengan hingga pergelangan tangan, sementar Waju Ponco atau Bodo lengannya hanya sebatas siku saja.
Dalam pamakaian Baju Bodo ternyata ada aturan tersendiri. Yaitu warna pakaian menyesuaikan usianya. Berikut adalah rinciannya :

  • Anak-anak perempuan berumur antara 8-12 tahun, hanya boleh menggunakan pakaian jenis Bodo Rawang (tipis). Pakaian ini terdiri dari satu lapis kain saja. Sementara warnanya ialah jingga atau hijau.
  • Bagi perempuan berusia antara 12-25 tahun (Tau Lolo atau gadis), jenis Bodo yang boleh dikenakan ialah Eja. Eja memiliki kain berwarna merah dan biasanya terdiri dari dua hingga tiga lapis kain.
  • Kemudian untuk wanita berusia 18-35 tahun dan sudah bersuami, jenis Bodo yang boleh dipakai ialah Salaeja. Salaeja memiliki warna kain ungu atau merah tua. pemilihan warna ini haruslah tepat, karena bila warna merahnya terlalu cerah, akan tertukan dengan Bodo Eja. Kain pembuat busana Salaeja biasanya terdiri atas dua hingga tiga lapis.
  • Bagi wanita berusia 35-50 tahun (perempuan tua), jenis Bodo yang dipakai ialah jenis Leqleng Nilapisi. Warna kain Nilapisi ialah hitam dan memiliki dua hingga tiga lapisan kain.
  • Sementara bagi kaum perempuan berumur 50 tahun ke atas, umumnya Baju Bodo yang digunakan ialah berwarna hitam. Namun ada pula perempuan yang memakai baju adat bugis jenis Bodo Kebo’ berwarna putih. Perbedaan warna ini untuk menandakan bahwa perempuan tersebut adalah ibu penyusu bayi salah seorang bangsawan tinggi. Di tanah Bugis, perempuan ini dinamai Kino.
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest
This div height required for enabling the sticky sidebar