Review Lengkap Batik Semarang: Sejarah, Motif, & Sentra Kerajinan
Siapa yang menyangka bahwa batik Semarang dulu pernah merajai perdagangan tekstil di Jawa Tengah. Bahkan, eksistensinya mengalahkan dua pusat perkembangan batik saat ini, yaitu Jogja dan Solo. Tapi, itu dulu. Sebelum kemudian di porak-porandakan dua kali pada masa penjajahan. Yaitu pada saat masa penjajahan Belanda dan oleh tentara Jepang saat pertempuran lima hari di Semarang terjadi.
Kondisi batik semarang pada tahun 1919-1925
Berdasarkan dokumen pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1919-1925, sentra batik di Semarang sangat berkembang. Pada masa itu, sempat terjadi krisis bahan sandang. Sangat sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan bahan pakaian. Oleh karena itu, masyarakat pun harus membuat pakaian mereka sendiri. Sejak saat itulah kerajinan membatik mulai menyebar di kalangan masyarakat dengan sangat cepat.
Proses produksi serta pembuatan kain pada dasarnya tak jauh beda dengan teknik membatik Solo atau Jogja. Bedanya, batik Semarang tidak terikat oleh peraturan keratonan seperti Solo atau Jogja. Setiap pengrajin bebas mengembangkan kreatifitasnya masing-masing. Namun sebagai masyarakat pesisir utara pulau Jawa, motif dari corak Semarang pun tak jauh dari penggambaran alam sekitar. Seperti binatang, pepohonan, rumah, bangunan, kapal, dan lain sebagainya.
Peran Tang Kon Tien terhadap batik semarang di tahun 1942-1945
Selang beberapa tahun, para penjajah melakukan serangan yang berdampak buruk bagi perkembangan kain ini. Kejadian itu berlangsung sekitar tahun 1942-1945. Butuh waktu cukup lama untuk membangkitkan kembali geliat bisnis perbatikan di Semarang.
Adalah Tang Kon Tien, seorang putra tuan tanah (Tan Siauw Liem) yang juga membantu Sri Sultan Hamengkubuwono III. Beliau memperoleh keahlian membatik dari istrinya, RA. Dinartiningsih. Bermodal keahlian tersebut, beliau kemudian mendirikan perusahaan bernama Batikkerij Tan Kong Tin. Perusahaan tersebut pulalah yang berhasil mendapatkan hak monopoli batik untuk wilayah Jawa Tengah.
Kumpulan motif batik semarang
Selayaknya kain kesenian khas Indonesia pada umumnya, batik Semarang juga memiliki berbagai macam motif. Secara kasar, motif-motif tersebut tak jauh berbeda dengan motif-motif Solo atau Jogja. Meskipun ada, itu pun tipis. Misal seperti warna atau tingkat kehalusan tarikan pola. Berikut beberapa jenisnya:
- Batik Sido Luhur. Jika ditanya motif apa yang paling memiliki makna mendalam dari batik Semarang, maka Sido Luhur adalah jawabannya. Nama Sido Luhur memiliki pengharapan agar tercapainya sebuah keinginan. Sesuai dengan arti kata Sido yaitu jadi/menjadi/terlaksana.
- Batik Keraton. Motif keraton pada dasarnya merupakan motif yang ada pada Jogja atau Solo. Para pengrajin Semarang membuat motif ini karena memang merupakan cikal bakal dari semua jenis batik yang berkembang hingga sekarang. Memiliki makna mendalam akan filosofi kehidupan.
- Batik Sekar Jagad. Sekar Jagad terkenal sebagai motif penggambaran kondisi keberagaman Indonesia. Nama Sekar Jagad diambil dari kata Kar yang berati peta dan Jagad yang berarti dunia. Sesuai dengan makna tersebut, pola motif ini bak sebuah peta. Warna tiap pola utamanya berbeda-beda, namun tetap selaras dan indah dipandang mata. Sehingga tak mengejutkan bila motif ini banyak diminati oleh kaum wanita.
- Batik Pringgodani. Pringgodani sebenarnya merupakan nama kesatrian tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara. Pringgodani biasanya didominasi oleh warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga cokelat. Ragam hias utamanya berupa suluran-suluran kecil diselingi gambar hewan mitologi naga.
- Batik Kawung. Kawung memiliki ciri khas bentuk bulatan menyerupai buah kolang-kaling simetris. Polanya merata pada seluruh permukaan kain. Kawung kadang sering juga dianggap sebagai penggambaran bunga lotus (bunga terartai). Sehingga, sarat akan makna kesejahteraan, umur panjang, serta kesucian. Kawung juga memiliki makna tentang sifat kebijaksanaan. Oleh karena itu, kain jenis ini banyak digunakan oleh patih-patih kerajaan pada zaman dahulu.
- Batik Petani. Motif petani muncul dari selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah kala sedang tidak pergi ke sawah. Tarikan motifnya kasar serta tidak terlalu beraturan. Motif ini pun kerap berubah-ubah sesusai dengan kondisi daerah sekitar. Jika digarap secara profesional, corak petani akan berubah menjadi karya seni unik dan penuh kreatifitas.
Mitos di balik pembuatan batik semarang Sido Luhur
Motif Semarang paling terkenal ialah Sido Luhur. Filosofi yang terkandung dalam ragam hiasnya sangatlah mendalam. Tak hanya sampai di situ, proses pembuatan Sido Luhur pun punya cerita tersendiri.
Terdapat mitos bahwa pada saat penciptaan Sido Luhur, mengharuskan pengrajin untuk menawan nafas berlama-lama pada awalnya. Motif ini diciptakan oleh Ki Ageng Henis, kakek dari Panembahan Senopati pendiri Mataram Jawa. Konon, corak seperti demikian hanya dibuat untuk keturunan beliau. Harapannya ialah agar ketika kain ini dikenakan, si pemakai dapat memiliki hati serta berbudi luhur. Sehingga nantinya dapat berguna bagi masyarakat banyak.
Filosofi batik semarang berdasarkan penuturan sejarah
Menurut seorang pengamat kebudayaan Jawa, Winarso Kalingo, corak seperti demikian dikerjakan oleh Nyai Ageng Henis. Beliau dengan sabar menggambar di atas kain menggunakan canting dan lilin malam. Nyi Ageng sendiri sebenarnya memiliki penyakit dalam yang membuatnya sakit-sakitan. Mitosnya, setiap beliau ingin menggambar pola, beliau selalu menahan nafas hingga tinta dalam canting habis. Hal tersebut beliau lakukan guna meningkatkan konsentrasi ketika proses penggambaran kain berlangsung. Sehingga seluruh doa serta pengharapan dapat tercurahkan sepenuhnya ke dalam setiap guratan kain.
Filosofi makna di balik Sido Luhur juga memiliki arti berhasil mengembangkan dan menyempurnakan diri sebagai manusia. Manusia yang memiliki budi perkerti luhur, selalu senantiasa berdoa, serta mengingat dan bersyukur kepada Sang Pencipta.
Traveling ke kampung batik Semarang Timur
Sama dengan daerah penghasil kerajinan tekstil lainnya, Semarang juga punya sentra wisata batik. Sentra wisata tersebut berada di Kota Lama yang tak hanya memiliki bangunan sejarah, namun juga kampung batik.
Menurut pengakuan warga sekitar, dulu kampung ini pernah berjaya pada tahun 70-an. Namun karena pamornya sempat hilang, akhirnya kegiatan pun terhenti dan lama tidak dilanjutkan lagi. Baru pada tahun 2005 ini pemerintah mulai membangkitkan lagi gairah perbatikan disini. Melalui pelatihan-pelatihan, serta workshop mengenai kerajinan membatik. Hasilnya, memang masih belum terlalu dirasakan. Setidaknya sudah ada geliat-geliat kecil tumbuh untuk terus melestarikan bisnis perbatikan, merupakan sebuah kemajuan.
Rute menuju sentra Batik Semarang, dekat bundaran Bubakan
Lokasinya, di Kelurahan Rejamulya, Semarang Timur, dekat bundaran Bubakan. Plang penunjuk pada kawasan ini pada awalnya terbilang cukup kecil. Jadi wisatawan harus jeli untuk dapat memasuki daerah tersebut. Namun sekarang sudah ada gapura besar sebagai penunjuk menuju lokasi kampung wisata batik semarang tersebut.
Ketika sudah memasuki gang dan bertemu belokan ke arah kiri, maka akan mulai terlihat sejumlah rumah kanan kiri jalan yang memajang batik. Baik itu menggunakan gantungan sederhana, ataupun berupa toko seperti pada umumnya. Sayangnya kampung tersebut hanya memiliki pengrajin sebagai penghasil utama kain. Lainnya hanya berperan sebagai penyalur dan pembantu penjualan saja.